BuolPedia - Kulrindang: Alat Musik Tradisional Unik dari Etnik Buol dan Fungsinya dalam Upacara Adat
Pengertian dan Asal Usul
Kulrindang merupakan salah satu alat musik tradisional pukul yang dikenal oleh masyarakat etnik Buol, Sulawesi Tengah.
Sebagai bagian dari warisan budaya, Kulrindang memiliki sejarah yang terkait erat dengan kehidupan adat istiadat masyarakat Buol. Namun, informasi tentang asal-usul dan awal keberadaan Kulrindang cukup sulit ditemukan.
Menurut beberapa informasi, istilah “Kulrindang” berasal dari kata “Kulintang”, yang dalam bahasa Kaili dikenal sebagai Kakula.
Alat musik ini awalnya digunakan sebagai sarana dakwah ketika Islam masuk ke wilayah Buol.
Dengan membawa serta alat musik berbahan tembaga atau kuningan, Kulrindang menjadi bagian penting dalam penyebaran ajaran Islam.
Bentuk dan fungsinya menyerupai Talempong dari Sumatera Barat, Bonang dari Jawa, dan Kakula dari etnik Kaili di Sulawesi Tengah.
Seperti yang dijelaskan oleh Maryam G. Mailili, nama “Kulrindang” terdiri dari dua kata dalam bahasa Buol, yaitu "Tog" yang berarti “dipukul” dan "Kulrindang" yang berarti “Kulintang.”
Dengan demikian, “Tog Kulrindang” dapat diartikan sebagai “pukulan kulintang” atau lebih spesifik, “melodi kulintang.”
Dalam bahasa Buol, istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan cara memainkan alat musik Kulrindang dengan cara dipukul.
Salah satu jenis melodi khas Kulrindang yang dikenal adalah Tog Nde-Ndeng, yang dimainkan dalam upacara kematian. Melodi ini memiliki fungsi menghibur keluarga yang sedang berduka.
Kulrindang dapat dimainkan oleh pria atau wanita dengan formasi empat orang pemain, yaitu:
- Satu orang pemain Kulrindang (Kulintang).
- Satu orang pemain Pamandi (Gong).
- Dua orang pemain Gono-Gonong (Gendang).
Umumnya, yang memainkan Kulrindang untuk kepentingan upacara adat adalah ibu-ibu dan bapak-bapak.
Dalam acara seperti pernikahan atau penjemputan tamu, Kulrindang sering dimainkan bersamaan dengan alat musik Rebana.
Biasanya, kelompok pemain terdiri dari anak-anak dengan jumlah 5 hingga 10 orang.
Bentuk Fisik Kulrindang
Kulrindang memiliki bentuk fisik yang unik. Alat musik ini terbuat dari bahan besi (“Uwate” dalam bahasa Buol), tembaga, atau kuningan.
Secara visual, Kulrindang berbentuk bulat dengan bagian tengah yang menonjol atau cembung. Untuk memainkannya, Kulrindang diletakkan di atas wadah kayu.
Kulrindang terdiri dari enam buah nada yang tersusun dalam skala pentatonik: do, re, mi, sol, la, si (1, 2, 3, 5, 6, 7). Selain itu, alat musik ini biasanya dilengkapi dengan:
- Pamandi (Gong): Satu buah dengan nada dasar C.
- Gono-Gonong (Gendang): Dua buah gendang berukuran sedang.
Hingga kini, masyarakat Buol masih menggunakan Kulrindang sebagai alat musik pengiring dalam berbagai upacara adat.
Namun, berbeda dengan Kakula dari etnik Kaili, yang telah dikembangkan untuk seni pertunjukan, Kulrindang tetap difungsikan dalam konteks tradisionalnya.
Fungsi Kulrindang dalam Tradisi Adat
Kulrindang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Buol. Alat musik ini tidak hanya menjadi sarana hiburan, tetapi juga menjadi elemen utama dalam berbagai upacara adat.
Berikut adalah fungsi-fungsi Kulrindang:
1. Kulrindang dalam Upacara Perkawinan
Dalam upacara perkawinan, Kulrindang memainkan peran penting untuk mengiringi tahapan prosesi.
Dimulai dari kedatangan pengantin pria ke rumah pengantin wanita, hingga selesainya seluruh rangkaian acara pernikahan. Melodi yang dimainkan juga menjadi penanda bahwa sebuah pesta pernikahan sedang berlangsung.
2. Kulrindang dalam Penobatan Raja
Kulrindang digunakan dalam prosesi penobatan raja, yang dalam bahasa Buol dikenal sebagai Tau Doka.
Melodi yang dimainkan dalam upacara ini disebut Tog Kebesaran, yang melambangkan kemegahan dan kekuasaan.
3. Kulrindang dalam Penjemputan Tamu Kehormatan
Dalam tradisi masyarakat Buol, tamu kehormatan disambut dengan memainkan Kulrindang.
Alat musik ini dimainkan di tempat di mana tamu akan diterima, sebagai bentuk penghormatan dan penyambutan yang khas.
4. Kulrindang dalam Musyawarah Adat
Musyawarah adat atau Bokid di masyarakat Buol selalu diawali dan diakhiri dengan alunan melodi Kulrindang.
Alat musik ini menjadi simbol persatuan dan kesatuan selama proses musyawarah berlangsung.
5. Kulrindang dalam Pengobatan Tradisional
Melodi Kulrindang dipercaya memiliki kekuatan penyembuhan. Oleh karena itu, alat musik ini dimainkan untuk mengiringi proses pengobatan tradisional.
Setiap tahapan dalam proses penyembuhan diiringi dengan melodi tertentu yang diyakini dapat memberikan energi positif kepada pasien.
6. Kulrindang dalam Permainan Pencak Silat
Kulrindang juga digunakan dalam permainan pencak silat atau Manja.
Alat musik ini mengiringi gerakan-gerakan silat yang dipertunjukkan di lapangan terbuka, halaman rumah, atau panggung seni.
7. Kulrindang dalam Upacara Kematian
Salah satu fungsi paling unik dari Kulrindang adalah perannya dalam upacara kematian.
Alat musik ini dimainkan dalam setiap tahapan penting, mulai dari prosesi menaikkan bendera adat, memandikan jenazah, mengkafani, hingga pemakaman.
Tidak seperti alat musik lain yang identik dengan hiburan, Kulrindang dalam konteks ini memiliki fungsi ritual yang mendalam.
Peluang Pengembangan Kulrindang
Hingga saat ini, Kulrindang belum dikembangkan untuk kepentingan seni pertunjukan seperti alat musik tradisional lainnya. Sebagian besar fungsinya masih berpusat pada upacara adat.
Meski demikian, ada potensi besar untuk mengembangkan Kulrindang menjadi bagian dari seni pertunjukan modern.
Alat musik ini dapat diintegrasikan ke dalam ensambel musik atau dipadukan dengan tarian tradisional Buol untuk menarik perhatian generasi muda dan wisatawan.
Langkah-langkah seperti memasukkan Kulrindang dalam festival budaya, mendokumentasikan melodi dalam format digital, serta mengenalkannya di sekolah-sekolah dapat membantu melestarikan alat musik ini.
Dengan begitu, Kulrindang dapat tetap hidup dan relevan di era modern.
Kesimpulan
Kulrindang adalah alat musik pukul tradisional yang memiliki nilai budaya tinggi bagi masyarakat Buol.
Fungsinya yang luas dalam berbagai upacara adat, seperti perkawinan, penobatan raja, hingga pengobatan tradisional, menjadikan Kulrindang sebagai simbol penting dalam kehidupan sosial masyarakat Buol.
Meski saat ini masih berfungsi secara tradisional, pengembangan Kulrindang untuk seni pertunjukan dapat menjadi langkah strategis dalam melestarikan warisan budaya.
Dengan begitu, Kulrindang tidak hanya menjadi saksi bisu sejarah, tetapi juga menjadi alat musik yang hidup dan relevan di era modern.
Disarikan dari:
Kulrindang, Alat Musik Pukul di Etnik Buol Sulawesi Tengah, Subdin Budaya dan Kesenian, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Sulawesi Tengah
Kulrindang, Alat Musik Pukul di Etnik Buol Sulawesi Tengah, Subdin Budaya dan Kesenian, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Sulawesi Tengah
Ternyata banyak juga fungsi dari Kulrindang ini, dari upacara Perkawinan sampai upacara Kematian.
BalasHapusBegitulah mas. Mungkin pada zaman itu dengan keterbatasan, dijadikan multifungsi
Hapusagak mirip juga ama gamelan yaaa... sebenernya wajar sih alat musik di berbagai daerah indonesia ini mirip, namanya juga masih 1 rumpun semuanya.... semoga alat musik pukul ini masih tetap banyak digunakan bahkan oleh muda mudi nya, supaya ga punah di kemudian hari... salut juga krn kulrindang masih dipakai dalam banyak upacara adat di sana... penasaran ketika dipakai dalam pengobatan tradisional
BalasHapusIya mba, mirip gamelan di Jawa yang digunakan pada berbagai jenis acara. Tugas pemerintah setempat ya menjaga kelestariannya
HapusMemang mirip-mirip dengan beberapa daerah, tapi hanya namanya yang beda, fungsi nya ternyata cukup lengkap juga ya, memang patut di jaga dan bina supaya tetap lestari dan tak terkikis jaman
BalasHapus