BuolPedia.web.id - Nama Soelaiman Binol mungkin tidak sepopuler tokoh nasional lainnya.
Akan tetapi kiprahnya sebagai menteri, diplomat, dan intelektual hukum menempatkannya sebagai salah satu figur penting dari Indonesia Timur pada masa-masa awal kemerdekaan.
Ia adalah anak bangsa yang lahir dari tanah Buol dan berjuang di jantung pemerintahan Republik Indonesia.
Menjadi bukti bahwa Buol memiliki banyak tokoh-tokoh yang cerdas dan berpengaruh.
Menjadi bukti bahwa Buol memiliki banyak tokoh-tokoh yang cerdas dan berpengaruh.
Lahir di Buol, Meniti Ilmu di Batavia
Riwayah Hidup Soelaiman Binol, SH¹
Tahun | Keterangan |
---|---|
1911 | Lahir di Buol, Sulawesi Tengah, Indonesia. |
1933 | Lulus dari A.M.S. afdeling B di Djakarta. |
1933–1936 | Bestuurs Assistent di berbagai Tanah-Tanah Landschap di Sulawesi Tengah. |
1936–1942 | Kuliah di Rechts Hooge School di Djakarta, lulus tahun 1942. |
1943–1945 | Hakim pada Landraad di Makassar, Sulawesi Selatan. |
1945–1947 | Hakim pada Landraad Makassar dan anggota Hakim pada Pengadilan Tinggi di Makassar. |
1947–1950 | Menteri Sosial dalam Kabinet Negara Indonesia Timur di Makassar. |
1950–1953 | Counsellor pada Kedutaan Besar R.I. di New Delhi (India), mengatur perwakilan R.I. di Birmingham dan Ceylon (Sri Lanka). |
1953–1955 | Konsul Djendral R.I. di Tokyo, Jepang. |
1955–1957 | Minister Counsellor dari Kedutaan Besar R.I. di London, Inggris. |
1958–1965 | Pegawai Departemen Luar Negeri R.I. di Jakarta, menjabat Wakil Kepala Direktorat Persatuan Bangsa-Bangsa. |
1965 | Pensiun dari Departemen Luar Negeri. |
1966–1974 | Pegawai Kedutaan Inggris di Djakarta. |
19 Sep 1970 | Diterima sebagai Pengacara pada Pengadilan Tinggi Jakarta. |
10 April 1971 | Terdaftar sebagai Penterjemah yang sah dan di bawah sumpah untuk DKI Jakarta Raya. |
Soelaiman Binol—lahir pada 12 Agustus 1911 di Dusun Bunobogu¹, Buol.
Merupakan putra dari pasangan Raja Binol, seorang saudagar dan tokoh pendiri PSII afdeling Buol, dan Siti Rapiah, perempuan asal Bunobogu.
Pada beberapa terbitan namanya sering ditulis sebagai Sulaiman Binol, Suleman Binol hingga Mr. S. Binol.
Nama terakhir terdapat pada berbagai buku sejarah utamanya terkait NIT hingga terbentuknya NKRI.
Ia adalah kakak kandung dari dr. Kartini Binol, MPH, dokter perempuan pertama dari Buol yang juga menjadi tokoh penting di bidang kesehatan.
Pada akhir 1919, Soelaiman kecil tiba di Batavia pada usia delapan tahun.
Ia masuk ke HIS tahun 1920, dan sejak itu ia mulai tekun mempelajari bahasa Indonesia dan Belanda.
Perjuangannya menyesuaikan diri di Pulau Jawa tidaklah mudah, tetapi ketekunan membawanya menamatkan pendidikan di MULO dan AMS.
Ia kemudian diangkat menjadi Bestuurs Assistent atau Asisten Administratif Pemerintahan pada berbagai Landschap atau wilayah lokal atau otonom di Sulawesi Tengah.
Ia kemudian diangkat menjadi Bestuurs Assistent atau Asisten Administratif Pemerintahan pada berbagai Landschap atau wilayah lokal atau otonom di Sulawesi Tengah.
Bestuurs Assistent merujuk pada pejabat pribumi atau bumiputra terdidik yang membantu kontrolir (pejabat Belanda) dalam mengelola pemerintahan sipil di daerah.
Pada 1936 Soelaiman diterima di Recht Hooge School Batavia, sekolah hukum paling prestisius kala itu.
Pada 1936 Soelaiman diterima di Recht Hooge School Batavia, sekolah hukum paling prestisius kala itu.
Ia menyelesaikan studinya dan menyandang gelar Meester in de Rechten (Mr.)² pada tahun 1942.
Menjadi Delegasi Belanda pada Sidang Umum PBB
Sidang Umum Kedua PBB diselenggarakan pada tahun 1947 di New York, dengan partisipasi negara-negara anggota, termasuk Belanda.
Delegasi Belanda terdiri dari perwakilan utama, wakil perwakilan, para ahli, dan sekretaris. Salah satu anggota delegasi adalah Mr. S. Binol, yang berperan sebagai ahli dalam delegasi tersebut⁴.
Sidang ini membahas berbagai isu penting pasca-Perang Dunia II, termasuk restrukturisasi hubungan internasional, pemulihan ekonomi, dan penanganan konflik global.
Peran Sentral di Negara Indonesia Timur
Saat Negara Indonesia Timur (NIT) berdiri sebagai negara federal bentukan Belanda tahun 1946 dan berkedudukan di Makassar, Soelaiman Binol terlibat aktif di pemerintahan.
Ia menjadi Wakil Ketua Badan Perwakilan Sementara NIT⁵ dan kemudian masuk ke dalam tiga kabinet berturut-turut³:
-
Kabinet Gde Agung I (15 Desember 1947 – 12 Januari 1949): Wakil Menteri Urusan Dalam Negeri
-
Kabinet Gde Agung II (12 Januari – 27 Desember 1949): Menteri Urusan Sosial
-
Kabinet Tatengkeng (27 Desember 1949 – 14 Maret 1950): Menteri Sosial dan Pejabat Sementara Menteri Kesehatan
Namun, meski berada dalam struktur negara federal, Mr. S. Binol adalah bagian dari fraksi progresif di parlemen NIT.
Ia bersama tokoh-tokoh seperti Arnold Mononutu, Kiai Hadji Muchtar Luthfi, dan Mr. Teng Tjin Leng—yang gigih mendorong penggabungan NIT ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)⁶.
Perjuangan ini berhasil pada tahun 1950, ketika Republik Indonesia Serikat dibubarkan dan Indonesia kembali ke bentuk negara kesatuan.
Diplomat Indonesia di Dunia Internasional
Setelah masa kabinet NIT berakhir, Soelaiman mengabdi dalam dunia diplomasi. Ia ditugaskan sebagai Konsul Jenderal Republik Indonesia (Konjen)—karena kala itu Indonesia belum memiliki kedutaan besar resmi—di beberapa negara penting:
-
New Delhi (India) pada 1950–1953;
-
Tokyo (Jepang) pada 1953–1955;
-
Dan terakhir pada 1955–1957 sebagai Konjen di London (Inggris)
Sekembalinya ke tanah air, beliau melanjutkan tugasnya di Departemen Luar Negeri di Jakarta, menjabat Wakil Kepala Direktorat Persatuan Bangsa-Bangsa hingga akhirnya pensiun pada tahun 1965.
Warisan Intelektual
Di luar karier politik dan diplomatik, Mr. Soelaiman Binol juga dikenal sebagai sosok cendekia.
Ia menerjemahkan salah satu karya klasik hukum perdata Belanda, yaitu:
"Handleiding tot de Beoefening van het Nederlands Burgerlijk Recht" (Asser–Rutten I: Verbintenissenrecht, cetakan ke-3, 1967), ke dalam bahasa Indonesia dengan judul "Pedoman untuk Pengajian Hukum Perdata, Jilid Tiga – Hukum Perikatan"⁷.Buku tersebut menjadi salah satu rujukan penting bagi mahasiswa hukum dan praktisi hukum Indonesia—dan hingga kini masih digunakan di beberapa fakultas hukum sebagai bahan ajar dan referensi ilmiah.
Penutup: Teladan dari Timur Indonesia
Soelaiman Binol adalah bukti nyata bahwa dari daerah seperti Buol, Sulawesi Tengah, dapat lahir tokoh-tokoh besar yang berkiprah dalam sejarah nasional.
Ia adalah menteri, diplomat, dan intelektual hukum yang tidak hanya mengabdi kepada negara, tetapi juga memperjuangkan cita-cita persatuan Indonesia dalam masa-masa penuh gejolak.
Bersama sang adik, dr. Kartini Binol, ia menjadi bagian dari generasi pelopor Indonesia Timur yang membuka jalan bagi peran aktif daerah dalam panggung nasional.
Rujukan:
- Dyah Anggraini - Penulis "Buku Kartini: Novel Biografi"
- Buku Sejarah Buol Jilid II
- Buku "Republik Indonesia - Propinsi Sulawesi", Departemen Penerangan RI, 1953
- Nederlandse delegatie bij Ver. Naties: https://www.nrc.nl/nieuws/1947/09/15/nederlandse-delegatie-bij-ver-naties-kb_000062026-a2067910
- Uswatun Hasana https://repository.unhas.ac.id/id/eprint/38985/2/F061191007_skripsi_02-09-2024%20bab%201-2.pdf
- Buku J.E Tatengkeng - Karya dan Pengabdiannya, 1986
- https://lib.ui.ac.id/detail?id=20327799&lokasi=lokal
Kipraknya sungguh luar biasa
BalasHapusSemangat menempuh pendidikannya juga hebat
MashaAllah....keren keren keren orang Buol.......
BalasHapusBanyak orang2 hebat dari Indonesia timur ini 👍👍. Seperi negerinya yg cantik, orang2nya pun punya banyak jasa terhadap perkembangan Indonesia juga .
BalasHapusSetelah baca tulisan mas, jadi banyak tahu ttg sejarah dan tokoh2 hebat dari buol